Rabu, 27 November 2013

ADA MUNAJAT KETIKA CINTA BERSUJUD


Malam itu. Ia memasuki kontrakannya. Di teguknya segelas air putih. Ia duduk disudut kamar sekedar menghilangkan letih sepulang dari tempat kerjanya.

Ditengah-tengah melepaskan lelah, ditengah-tengahnya malam, tiba-tiba ia teringat seorng gadis yang beberapa hari lalu diperkenalkan oleh temannya. Seorng gadis yang kemudian ia melakukan proses ta'aruf dengannya.

Ada senyum kecil di bibirnya, sekelumit rasa senang menari-nari dalam pikirannya. Ia mulai berandai-andai dengan rencana-rencana untuk proses selanjutnya

Dalam rasa senangan itu, ia terdiam dan terdiam dalam renungan panjangnya. Kehinangan malam semakin terasa. Entah dari mana awalnya. Tiba-tiba kegundahan menerpa batinnya. Rasa gamang, sesak, dan pertanyan-pertanyan tentang gadis itu beradu menjadi satu. Semakin lama ia rasakan rasa semua itu, semakin tak mampu ia menahannya.

Kemudian ia berdiri mengambil sajadah. Ia melangkah ke Masjid yang tidak juah dari kontrakannya.

Gemericik air wudhu terdengar disunyinya malam. Ia berwudhu dengan khidmat. ia bentangkan sajadah di shof awal. Dan mulai bertakbir.

Terdengar surat Al-Fatihah dan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an dg tartil, ia larut dalam tadabbur surat Al-Mulk yang ia baca.

Tatkala di rakaat kedua, ia kembali membaca surat Al-Fatihah dengan dada bergemuruh menahan isak tangis.

“Shirathal Mustaqim…
Shirathal ladzina an’am ta’alaihim ghairil maghdhu bi’alaihim waladhaalin…” “Tunjukilah kami jalan yang lurus” “(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.

Hatinya bertanya-tanya, apakah dia termasuk golongan yang diberi petunjuk? Atau tersesat? dalm bacaannya ia mengharap Allah melangkahkan langkahnya di jalan yang lurus, dijalah yang diridhainya.

Ia membacanya dengan penuh penghayatan, dan mengulang-ngulang dengan penuh perasaan. Bacaannya terkadang seperti merengek-rengek, dan terkadang terdengar mengharukan.

Dalam sujud Istikharahnya, ia berdo'a begitu panjang. Dalam hatinya ia bermunajat, "Ya Allah, jika ia tercipta dari tulang rusukku, maka jadikanlah ia istri yang shalehah, yang bersabar menuntunku ke surga-Mu. yang membuat-Mu ridha pada kami. Namun jika ia bukan yang terbaik untukku, maka sucikanlah hatiku darinya, maka sucikanlah pikiranku dari namanya, hilangkanlah wajahnya dari ingatanku dan gantilah dia dengan wanita yang lebih baik.

Hatinya bergetar hebat. Air mata mengalir di atas sajadah cintanya. Ia pasrahkan semuanya kepada Allah, Tuhan yang menguasai hatinya dan hati gadis itu. Tuhan yang Maha Tahu apa yang terbaik untuknya. Ia tegarkan hatinya dan ia benar-benar tergar ketika ia benar-benar sandarkan hidupnya kepada Sang Penguasa Hidup.

Sumber : Novel, Ijinkan Aku Menikah Tanpa Pacaran

0 komentar:

Template by:

Free Blog Templates